makalah tentang FBM vs ABM
TUGAS MAKALAH KELOMPOK 3
AKUNTANSI MANAJEMEN
TENTANG
FUNGSIONAL BASED MANAGEMENT (FBM) VS ACTIVITY BASED MANAGEMENT
OLEH :
Hamdani
Putra (1630402043)
Muhamad Yusuf (1630402063)
Muhammad Ilham (1630402066)
Mulia Ramdani (1630402069)
Mulya
Yuhanda (1630402070)
Novri Zaki Rahman (1630402080)
Novi Safitri
(1630402078)
DOSEN :
Mega Rahmi, SE,Sy., M. Si
JURUSAN
EKONOMI SYARI’AH KONSENTRASI AKUNTANSI SYARI’AH
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
BATUSANGKAR
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang
telah melimpahkan rahmatnya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini. Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan
mengenai materi akuntansi manajemen sekaligus untuk melengkapi tugas.
Dalam makalah ini penulis membahas mengenai “Activity Based Manajemen-ABM Vs functional based management - FBM).
Penulis menyadari, masih banyak sekali kekurangan yang
dibuat dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan
kepada pembaca untuk memberikan masukan untuk perbaikan penulisan makalah ini
di masa yang akan datang.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan makalah akuntansi manajemen
ini, semoga apa yang telah diberikan kepada penulis baik materil maupun moril
mendapatkan pahala dari Allah Swt, Amin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kemajuan yang sangat pesat pada dunia usaha
dewasa ini tidak terlepas dari kemajuan teknologi diberbagai bidang kehidupan
yang telah memacu terciptanya lingkungan industri yang maju. Dengan adanya kemajuan
yang sangat pesat pada dunia usaha tersebut akan mendorong perekonomian, baik
di tingkat nasional maupun internasional untuk menuju era perdagangan bebas,
yang tentu saja hal tersebut akan berdampak pada peningkatan persaingan bisnis
yang semakin ketat. Sehingga perusahaan harus mampu menentukan system apa yang
cocok untuk dipakai dalam perusahaannya.
Dalam makalah ini kami akan menyajikan
mengenai Sistem
akuntansi manajemen beradasarkan fungsi (functional based manajement – FBM) dan Sistem
akuntansi manajemen berdasarkan aktivitas (activity based management – ABM).
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa Jenis-jenis Sistem Akuntansi Manajemen ?
2.
Jelaskan Sistem Akuntansi berbasis fungsi (FBM)?
3.
Sistem Akuntansi berbasis Aktivitas (ABM)?
4.
Jelaskan Perbedaan antara FBM Vs FBC dan ABM Vs ABC?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Jenis-jenis Sistem Akuntansi Manajemen
Sistem akuntansi manajemen dapat di klasifikasikan
secara umum sebagai sistem
berdasarkan fungsi dan sistem berdasarkan aktivitas. Pendekatanberdasarkan fungsi dan aktivitas dapat
ditemukan dalam praktek nyata. Sistem akuntansi manajemen beradasarkan fungsi (functional based manajement – FBM)
telah dikenal dari tahun 1900-an dan masih digunakan secara luas dalam sektor manufaktur
dan jasa. Sistem akuntansi manajemen berdasarkan aktivitas (activity based
management – ABM) merupakan sistem yang lebih baru
(dikembangkandalam tiga dekade terkahir). Sistem manajemen biaya berdasarkan
aktivitas jugadigunakan secara luas dan pemanfaatannya semakin tinggi,
khususnya di antara organisasi – organisasi
yang memiliki beragam produk dan pelanggan, produk yang lebih rumit,siklus waktu produk yang lebih pendek,
peningkatan persyaratan kualitas, dan tekanan persaingan
yang ketat.
Contoh sistem berdasarkan aktivitas ditemukan ditemukan
dalam), industri keuangan
(seperti bank dan bursa saham) Industri tranportasi (seperti penerbangan dan
kereta api), dan dalam semua jenis manufaktur (seperti perusahaan elektronik dan
mobil). industri medis seperti rumah sakit dan laboratorium medis.
Elemen utama dari model FBM adalah fungsi, sedangkan elemen
utama dari
model ABM adalah aktivitas.Fungsi-fungsi biasanya dikelompokkan dalam unit-unit organisasional, sepertidepartemen pabrik (fungsi: teknik, pengendalian kualitas, dan perakitan adalahfungsi-fungsi yang diatur dalam departemen).
model ABM adalah aktivitas.Fungsi-fungsi biasanya dikelompokkan dalam unit-unit organisasional, sepertidepartemen pabrik (fungsi: teknik, pengendalian kualitas, dan perakitan adalahfungsi-fungsi yang diatur dalam departemen).
Aktivitas-aktivitas dengan tujuan umum di kelompokkan bersama
dalam satu bentuk
porses. Sebagai contoh, pembelian barang, penerimaan barang, pembayaaran barang
yang diterima adalah aktivitas utama yang menggambarkan proses pengadaan persediaan.
Perbandingan tiap dimensi akan memberikan pandangan mendalam yang signifikan
atas perbedaan kedua model akuntansi manajemen tersebut.
B.
Sistem Akuntansi berbasis fungsi (FBM)
Sistem akuntansi manajemen berdasarkan fungsi (functional
based management- FBM) telah dikenal dari tahun 1990-an dan masih digunakan
secara luas dalam sektor manufaktur dan jasa. Elemen utama dari model FBM
adalah fungsi. Fungsi-fungsi biasanya dikelompokkan dalam unit-unit
organisasional, seperti departemen dan pabrik (contohnya : teknik, pengendalian
kualitas, dan perakitan adalah fungsi-fungsi yang diatur dalam departemen).
Dalam sistem akuntansi FBM, biaya-biaya sumber daya
dibebankan pada unit-unit yang berfungsi, kemudian pada produk. Dalam
pembebanan biaya, penelusuran langsung dan penggerak digunakan. Namun,
penelusuran penggerak dalam system FBM hanya menggunakan penggerak produksi
(tingkat unit) yang merupakan pengukuran konsumsi yang sangat berkolerasi
dengan keluaran produksi. Jadi, unit-unit produk atau penggerak yang sangat
berkolerasi dengan unit-unit yang diproduksi, seperti jam kerja dari tenaga
kerja langsung, bahan langsung, dan jam kerja mesin adalah hanya penggerak yang
diasumsikan penting. Karena system FBM hanya menggunakan penggerak yang
berhubungan dengan fungsi produksi untuk membebani biaya, pendekatan iaya ini
dianggap sebagai perhitungan biaya berdasarkan produksi atau fungsi (FBC).
Tujuan perhitungan harga pokok produk dari perhitungan
biaya berdasarkan fungsi dapat dipenuhi dengan pembebanan biaya-biaya produksi
ke persediaan dan harga pokok penjualan untuk tujuan pelaporan keuangan
eksternal. (Mowen D. R., 2009)
Penyediaan informasi untuk perencaan
dan pengendalian adalah tujuan lain dari akuntansi manajemen. Pendekatan
manajemen berdasarkan fungsi untuk mengendalian membedakan biaya pada unit
organisasional, kemudian menurut tanggung jawab manajer unit organisasional
untuk mengendalian hasil aktual biaya uang dibebankan. Kinerja diukur dengan
membandingkan hasil aktual dengan standar atau hasil yang dianggarkan penekanan
adalah ukuran keuangan dari kinerja (ukuran nonkeuangan biasanya diabaikan).
Manajer diberi pengahargaan berdasarkan kemampuan mereka untuk mengendalikan
biaya. Jadi, pendekatan berdasarkan fungsi menelusuri biaya individu yang
bertanggung jawab atas biaya yang terjadi. Sistem penghargaan digunakan untuk
memotivasi individual ini untuk mengelola biaya dengan meningkatkan efisiensi
operasional unit organisasi unit organisasi mereka. Pendekatan ini menganggap
bahwa memaksimalkan kinerja organisasi secara keseluruhan tercapai dengan
memaksimalkan kinerja organisasi individual (disebut sebagai pusat pertanggung
jawaban).
C.
Sistem Akuntansi berbasis Aktivitas (ABM)
1.
Definisi Activity Based Manajemen
Activity Based Manajemen adalah pendekatan untuk keseluruhan system yang terintegrasi dan
berfokus pada perhatian manajemen atas berbagai aktivitas dengan tujuan
meningkatkan nilai bagi pelanggan dan laba yang dicapai dengan mewujudkan nilai
tersebut. (Mowen, 2009)
Hilton
et al (2006:180) mendefinisikan manajemen berdasarkan aktivitas digunakan
oleh manajemen untuk mengevaluasi biaya dan nilai-nilai dari kegiatan proses
untuk mengidentifikasi peluang untuk peningkatan efisiensi. (Parengkuan, 2013)
2.
Tujuan dan Manfaat Activity Based Manajemen
Activity-Based Management (ABM) adalah pengelolan aktivitas untuk meningkatkan nilai (value)
yang diterima oleh pelanggan dan untuk meningkatkan laba melalui peningkatan
nilai (value) tersebut. Dengan Activity-Based Management (ABM),
suatu perusahaan dapat melakukan evaluasi biaya dan nilai (value) dari
suatu aktivitas proses sehingga akan teridentifikasi peluang (akan terjadi
perbaikan posisi kompetitif) dan meningkatnya efisiensi proses (process
improvement). (Kusniawati, 2016)Activity-Based
Management (ABM) ini merupakan pendekatan manajemen yang berfokus untuk
dapat :
1.
Meningkatkan nilai yang diterima oleh pelanggan dari setiap
aktivitas yang dilakukan.
2.
Menentukan aktivitas perusahaan yang merupakan aktivitas value
added dan aktivitas non-value added.
3.
Meningkatkan value added activity dan mengurangi bahkan
menghilangkan non-value added activity. (Santoso, 2008)
Activity-Based
Management (ABM) memiliki dua
tujuan yaitu :
1.
Memperbaiki nilai yang diterima oleh pelanggan.
2.
Memperbaiki laba dengan memberikan nilai pelanggan.
Kedua
tujuan ini dapat dicapai dengan menfokuskan pada aktivitas-aktivitas yang
terdapat di perusahaan.
Adapun
manfaat menggunakan Activity-Based Management (ABM) ini dengan maksud
untuk:
1.
Mengurangi harga produk dan mengoptimalkan desain produk.
2.
Mengurangi biaya-biaya perusahaan.
3.
Memfokuskan pada biaya-biaya penting
4.
Menyertakan semua fungsi bisnis dalam suatu organisasi
5.
Mengakui peran perubahan perilaku dalam sistem pelaporan.
6.
Membantu perusahaan dalam mempertimbangkan peluang bisnis baru. (Parengkuan, 2013)
3.
Keunggulan Activity-Based Management (ABM)
Keunggulan
utama pendekatan Activity-Based Management (ABM) yaitu
1. ABM mengukur efektivitas proses dan aktivitas bisnis
kunci dan mengindentifikasi bagaimana proses dan aktivitas tersebut dapat
diperbaiki untuk menurunkan biaya dan meningkatkan nilai (value) bagi
pelanggan.
2. ABM memperbaiki fokus manajemen dengan cars
mengalokasikan sumber daya untuk menambah nilai aktivitas kunci, pelanggan
kunci, produk kunci, dan metode untuk mempertahankan keunggulan kompetitif
perusahaan. (Parengkuan, 2013)
Tinjauan biaya
Tinjauan proses
4.
Mengimplementasikan ABM
Sistem akuntansi manajemen berdasarkan
aktivitas (activity based management - ABM) merupakan system yang lebih
baru (dikembangkan dalam tiga dekade terakhir). Sistem manajemen biaya
berdasarkan aktivitas juga digunakan secara luas dan pemanfaatannya semakin
tinggi, khususnya di antara organisasi-organisasi yang memiliki beragam produk
dan pelanggan, produk yang lebih rumit, siklus waktu produk yang lebih pendek,
peningkatan persyaratan kualitas, dan tekanan persaingan yang ketat. Contoh
sistem berdasarkan aktivitas ditemukan dalam industry edis (seperti rumah sakit
dan laboratorium medis), industry keuangan (seperti bank dan bursa saham),
industry transportasi (seperti penerbangan dan kereta api), dan dalam semua
jenis manufaktur (seperti perusahaan eloktronik dan mobil).
Elemen utama dari model ABM adalah
aktivitas. Aktivitas-aktivitas dengan tujuan umum dikelompokkan bersama dalam
satu bentuk proses. Sebagai contoh, pembelian barang, penerimaan barang, dan
pembayaran barang yang diterima adalah aktivitas utama yang menggambarkan
proses pengadaan persediaan. (Mowen, 2009)
ABM dapat dipandang sebagai system
informasi yang bertujuan memperbaiki pengambilan keputusan dengan
menginformasikan biaya yang akurat dan mengurangi biaya dengan mendorong serta
mendukung berbagai usaha perbaikan berkelanjutan.
Tujuan keseluruhan ABM adalah meningkatkan
profitabilitas perusahaan. Tujuan ini dapat dicapai dengan mengidentifikasi dan
menyeleksi berbagai peluang untuk perbaikan serta menggunakan informasi akurat
untuk membuat keputusan yang lebih baik, contohnya analisis akar pemicu (untuk
menemukan pemicu sesungguhnya dari berbagai masalah) menunjukkan berbagai
peluang untuk perbaikan. Dengan mengidentifikasi berbagai biaya yang
ditimbulkan oleh pemborosan yang merupakan hasil dari penilaian atas setiap
aktivitas, perusahaan dapat membuat prioritas berdasarkan berbagai kegiatan
yang memberikan pengurangan biaya paling besar. (Mowen, 2009, p. 225)
1.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penerapan Activity
Based Manajemen adalah sebagai berikut :
a.
Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas.
b.
Membedakan antara aktivitas bernilai tambah dan tidak bernilai
tambah untuk produk atau jasa tertentu.
c.
Menelusuri arus produk atau jasa melalui aktivitas.
d.
Membedakan nilai-nilai waktu dan biaya pada setiap aktivitas.
e.
Menentukan keterkaitan antara aktivitas-aktivitas dengan
fungsi-fungsi dan lintas fungsi, membuat arus produk dan jasa lebih efisien.
f.
Mengurangi atau meniadakan aktivitas yang tidak bernilai tambah.
g.
Menganalisis dua atau lebih
aktivitas yang saling berhubungan untuk menentukan Trade off diantara
aktivitas tersebut agar mengarah pada pengurangan biaya.
h.
Penyempurnaan berkesinambungan (Purnamasari, 2013)
2.
Faktor-faktor yang Mendukung Keberhasilan Penerapan Activity
Based Manajemen
a.
Budaya organisasi
Budaya organisasi mencerminkan kerangka berfikir dari karyawan
termasuk prilaku nilai dan keyakinan yang dianut oleh karyawan.
b.
Dukungan dan komitmen manajemen puncak
Penerapan ABM
membutuhan waktu dan sumber daya sehingga dukungan dan peran dari manajemen
puncak sangat diperlukan untuk keberhasilan penerapannya.
c.
Perubahan proses
Perubahan bisa terjadi apabila diterapkannya suatu proses yang
sudah dirancang untuk menghasilkan perubahan tersebut. Perbaikan dari proses
yang sudah ada sangat mendukung keberhasilan penerapannya.
d.
Pelatihan berkelanjutan
Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengikuti pelatihan
serta meningkatkan keahlian mereka terhadap lingkungan kerja mereka yang cepat
berubah sangatlah penting
3.
Penyebab Kegagalan Implementasi ABM
Sebagai
system, ABM bias saja gagal karena berbagai alas an. Salah satunya alasan
utamanya adalah kurangnya dukungan dari manajemen tingkat atas. Dukungan ini
tidak hanya harus di dapatkan sebelum melakukan proyek impleentasi, tetapi juga
harus dipertahankan. Hilangnya dukungan bias terjadi jika implementasi membutuhkan
waktu yang terlalu lama atau hasil yang diharapkan tidak tampak nyata. Hasil
yang didapat mungkin tidak seperti yang diharapkan karena para manajer
operasional dan penjualan tidak ahli menggunakan informasi aktivitas yang baru.
Jadi, kegiatan penjualan dan pendidikan harus banyak dilakukan. Keuntungan dari
data yang baru perlu dikomunikasikan secara berhati-hati dan para manajer yang
menerima informasi baru dengan sikap skeptic merupakan hal biasa. Menunjukkan
bagaimana informasi ini dapat menjadikan mereka sebagai manajer yang lebih baik
seharusnya membantu mengatasi penolakan tersebut. Keterlibatan manajer nonkeuangan
dalam tahapan perencanaan dan implementasi dapat mengurangi penolakan dan bias
mendapatkan dukungan yang dibutuhkan.
Kegagalan dalam mengintegrasikan system
baru tersebut adalah alasan utama lain dari kegagalan sistem ABM. Probabilitas
dari keberhasilan meningkat jika sitem ABM tidak bersaing dengan bersaing
dengan berbagai program perbaikan lain atau sistem akuntansi resi lainnya.
Mengomunikasikan konsep bahwa ABM melengkapi dan meningkatkan berbagai program
perbaikan lainnya merupakan hal penting. Selain itu, mengintegrasikan ABM ke
poin dimana hasil perhitungan biaya aktivitas tidak bersaing langsung dengan
angka akuntansi tradisional juga merupakan hal penting. Para manajer cenderung
terus menggunakan angka akuntansi tradisional bersama dengan data baru
tersebut. (Mowen, 2009)
D.
Perbedaan antara FBM Vs FBC dan ABM Vs ABC
1.
FBM
vs FBC (Fungtional Based Management Vs Fungtional Based Costing)
Dalam sistem akuntansi FBM, biaya-biaya sumber daya dibebankan pada
unit-unit yang berfungsi, kemudian pada produk. Dalam pembebanan biaya,
penelusuran langsung dan penelusuran penggerak digunakan. Namun, penelusuruan
penggerak dalam sisem FBM hanya menggunakan penggerak produksi (tingkat unit)
yang merupakan pengukuran konsumsi yang sangat berkolerasi dengan keluaran
produksi.
Jadi, unit-unit produk atau penggerak yang sangat berkolerasi
dengan unit-unit yang diproduksi, seperti jam kerja dari tenaga kerja
langsung., bahan langsung, dan jam kerja mesin adalah hanya penggerak yang
diasumsikan penting. Karena sistem FBM hanya menggunakan penggerak yang
berhubungan dengan fungsi produksi untuk membebani biaya, pendeketan pembebanan
biaya ini dianggap sebagai perhitungan biaya berdasarkan produksi atau fungsi (functional based costing – FBC).
Produksi atau penggerak tingkat unit dimana FBC sering bergantung
padanya adalah bukan satu-satunya penggerak yang menjelaskan hubungan
sebab-akibat. Selain penggerak produksi, penggerak yang mendeskripsikan
hubungan sebab-akibat dianggap sebagai penggerak tingkat nonunit. Sebagai
contoh, penggerak produksi seperti unit yang di produksi atau jam kerja Tenaga
kerja langsung mungkin tidak memiliki hubungan apa pun dengan biaya pembelian
bahan baku.
Pada kenyataannya, jumlah pesanan pembelian bisa menjadi ukuran
yang tepat dari konsumsi tiap produk. Namun, biaya pembelian dalam sistem FBC
dibebankan dengan menggunakan suatu ukuran seperti unit yang di produksi atau
jam kerja tenaga kerja langsung.
Dalam hal ini, pembebanan biaya yang dibuat harus diklasifikasikan sebagai alokasi (ingat
kembali bahwa alokasi adalah pembebanan biaya berdasarkan hubungan yang
diasumsikan atau berdasarkan kemudahan).
Lebih jauh lagi, jika biaya tingkat nonunit seperti pembelian
signifikan, perhitungan biaya berdasarkan fungsi dapat dideskripsikan sebagai
alokasi yang intensif.Tujuan perhitungan harga pokok produk dari perhitungan
biaya berdasarkan fungsi dapat dipenuhi dengan pembebanan biaya-biaya produksi
ke persediaan dan harga pokok penjualan untuk tujuan pelaporan keuangan
eksternal.(Mowen, 2006, hal. 55-57)
Definisi harga pokok produk yang lebih komperhensif seperti
definisi rentai nilai dan biaya operasional tidak tersedia untuk digunakan oleh
manajemen. Akan tetapi, sistem perhitungan biaya berdasarkan produksi sering
melengkapi varian-varian yang berguna dari definisi harga pokok produk
tradisional.
Diagram 2-Model Manajemen
Berdasarkan Fungsi
(Adaptasi dari Don R.Hansen dan M.M Mowen)
Tinjauan biaya
Tinjauan operasional
2.
ABM
Vs ABC (Activity Based Management Vs Activity Based Costing)
Sistem ABC/ABM berkaitan erat dengan
manajemen biaya stategik. Pada manajer menerima informasi yang bermakna
mengenai dampak potensial terhadap penentuan harga jual dan keputusan tentang
lini produk jika perusahaan berubah dari sistem penentuan harga pokok
tradisional dengan Activity-based costing
dan penghematan potensial yang dapat diperoleh jika perusahaan menggunakan ABM
untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi aktivitas yang tidak bernilai tambah
untk mencapai strategi leadreship.(solikin, 2008)
Elemen model ABM adalah aktivitas, biaya dilacak untuk
aktivitas dan kemudian ke produk. Aktivitas-aktivitas denga tujuan umum
dikelompokkan bersama satu bentuk proses, sebagai contoh yaitu pembelian
barang, penerimaan barang, dan pembayaran barang yang diterima adalah aktivitas
mayoritas yang menggambarkan proses pembelian persediaan. Dengan Activity-Based Management (ABM), suatu
perusahaan dapat melakukan avaluasi biaya dan nilai (value) dari suatu aktivitas proses sehingga akan teridentifikasian
peluang ( akan terjadi perbaikan posisi komprehensif) dan meningkatnya
efisiensi proses. Activity-Based
Management (ABM) adalah pengelolaan aktivitas untuk meningkatkan nilai (value) yang diterima oleh pelanggan dan
untuk meningkatkan laba melalui peningkatan nilai (value) tersebut.
Activity based costing adalah suatu sistem informasi
yang memelihara dan memroses data terhadap aktivitas suatu perusahaan dan obyek
biaya/cost objects (seperti produk). Konsep aktivitas dan “cost driver” adalah
inti dari “activity based costing”. Aktivitas adalah proses atau prosedur yang
menyebabkan pekerjaan dan dengan demikian mengkonsumsi sumber daya. Sedangkan
“cost driver” merefleksi permintaan yang ditempatkan terhadap aktivitas pada
kedua-duanya, produk atau obyek biaya yang lain. (Tunggal,
1993, p. 144)
Activity-Based Costing (ABC) adalah pendekatan penentuan biaya produk yang membebankan biaya
kepada produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan karena
aktivitas. Dasar pemikiran pendekatan penentuan biaya ini adalah bahwa produk
atau jasa perusahaan dilakukan oleh aktivitas dimana aktivitas yang dibutuhkan
tersebut menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya. Sumber daya
dibebankan kepada aktivitas, kemudian aktivitas dibebankan kepada objek biaya
berdasarkan penggunaannya.(Garrison, 2013)
Activity-Based Costing merupakan sistem yang mempertahankan dan memprosees data keuangan dan
operasional dari sumber daya perusahaan berdasarka aktivitas, objek biaya, cost driver, dan ukuran kinerja
aktivitas. ABC juga membebankan biaya aktivitas dan objek biaya. (Martusa, 2012)
ABC memberikan informasi dan ABM menggunakan informasi ini dalam berbagai
analisis yang didesain untuk menghasilakan perbaikan yang berkesinambungan ABM
untuk standar pemasaran. Biaya pemasaran adala biaya yang timbul karena
terjadunya pertukaran diantara perusahan dengan konsumen. Jadi setelah
menerapkan Activity-Based Costing
(ABC), perusahaan kemudian melakukan Activity-Based
Management (ABM) ini, maka nilai yang diterima pelanggan akan lebih
bernilai.
Kemudian perbedaan Activity-Based Costing (ABC) dengan
Activity-Based Management (ABM) adalah ABC menegaskan pada metodologi yang
menghitung biaya dan kinerja dari aktivitas, sumber dan objek biaya.
Sedangkan, ABM menegaskan sebagai
keteraturan /kedisiplinan yang memfokuskan pada aktivitas manajemen sebagai
jalan untuk meningkatkan nilai yang diterima oleh konsumen dan laba yang muncul
dengan menyediakan nilai tersebut. Kedisiplinan tersebut termasuk analisis
pemicu biaya, analisis aktivitas, dan perhitungan kinerja. ABM menggambarkan
ABC sebagai sumber utama informasi.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Sistem akuntansi manajemen dapat di klasifikasikan
secara umum sebagai sistem berdasarkan fungsi dan sistem berdasarkan aktivitas.
2.
Sistem akuntansi manajemen berdasarkan fungsi (functional based
management- FBM) telah dikenal dari tahun 1990-an dan masih digunakan
secara luas dalam sektor manufaktur dan jasa. Elemen utama dari model FBM
adalah fungsi.
3.
Activity Based Manajemen (ABM) adalah pendekatan untuk keseluruhan system yang
terintegrasi dan berfokus pada perhatian manajemen atas berbagai aktivitas
dengan tujuan meningkatkan nilai bagi pelanggan dan laba yang dicapai dengan
mewujudkan nilai tersebut.
4.
Sistem
FBM hanya menggunakan penggerak yang berhubungan dengan fungsi produksi untuk
membebani biaya, pendeketan pembebanan biaya ini dianggap sebagai perhitungan
biaya berdasarkan produksi atau fungsi (functional
based costing – FBC).
5.
Activity-Based Costing (ABC) adalah pendekatan
penentuan biaya produk yang membebankan biaya kepada produk atau jasa
berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan karena aktivitas.
B.
Saran
Kami sebagai penulis sangat menyadari akan kekurangan dalam makalah yang telah kami
sajikan ini. Kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca dalam
menyempurnakan tulisan kami ini.
DAFTAR PUSTAKA
Garrison, d. (2013). Akuntansi
Manajerial . JAkarta: Salemba Empat.
Kusniawati, A. (2016). Internal Audit Activity Based Management untuk
Menilai Efisiensi dan Efektivitas pada Depertamen Produksi CV.Herba Bagoes
Malang Kota. Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol.1 No.1 , 3.
Martusa, R. (2012). Perbandingan Metode Konvensional Dengan ABC
berdasarkan akurasi penentuan overhead dalam perhitungan cost of goods
manufactured pada PT Multi Rezekitama. jurnal universitas paramadina vol.9
No.1 , 2.
Mowen, D. R. (2009). Akuntansi Manajerial. Jakarts: Salemba
Empat.
Mowen, H. (2006). Akuntansi Manajerial. JAkarta : Salemba Empat .
Parengkuan, M. (2013). Identifikasi Non Value Added Activity Melalui
Activity Based Management Untuk Meningkatkan Efisiensi Hotel Sedona Manado. Jurnal
Emba Vol.1 No.3 , 110.
Purnamasari, R. (2013). Analisis Activity Based Costing Dalam
Peningkatan Efisiensi Biaya Produksi pada Seksi Pulp Making-9 PT Indah Kiat
Pulp And Paper Perawang. Pekanbaru: Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau.
Santoso, I. (2008). Activity Based Costing dan Activity Based
Management. Bandung: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tridarma.
solikin, i. (2008). Activity Based Management (ABM) vs Activity Based
Costing (ABC) . Bandung .
Tunggal, A. W. (1993). Akuntansi Manajemen Kontemporer. Jakarta:
Rineka Cipta.
Komentar
Posting Komentar