makalah Balance Scorecard kelompok 3
TUGAS MAKALAH KELOMPOK 3
AKUNTANSI MANAJEMEN
TENTANG
Balanced Scorecard (BSC)
OLEH :
Hamdani Putra (1630402043)
Muhamad Yusuf (1630402063)
Muhammad Ilham (1630402066)
Mulia Ramdani (1630402069)
Mulya Yuhanda (1630402070)
Novi
safitri (1630402078)
Novri Zaki Rahman (1630402080)
DOSEN :
Mega Rahmi, SE,Sy., M. Si
JURUSAN
EKONOMI SYARI’AH KONSENTRASI AKUNTANSI SYARI’AH
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
BATUSANGKAR
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang
telah melimpahkan rahmatnya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini. Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan
mengenai materi akuntansi manajemen sekaligus untuk melengkapi tugas. Dalam
makalah ini penulis membahas mengenai “Balanced Scorecard (BSC)”.
Penulis menyadari, masih banyak sekali kekurangan yang
dibuat dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan
kepada pembaca untuk memberikan masukan untuk perbaikan penulisan makalah ini
di masa yang akan datang.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan makalah akuntansi manajemen
ini, semoga apa yang telah diberikan kepada penulis baik materil maupun moril
mendapatkan pahala dari Allah Swt, Amin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini
kita dihadapkan pada perkembangan dunia yang bergerak cepat. Perkembangan
dibidang teknologi, terutama dalam hal informasi dan komunikasi mengharuskan
segala hal dapat dilakukan secara cepat dan tepat, terutama dalam hal
perekonomian, segala sesuatunya harus mengikuti perubahan yang terjadi.
Perubahan tersebut harus diantipasi untuk menghadapi persaingan, di mana
terjadinya suatu perdagangan bebas, tidak ada lagi batas perdagangan antar
negara dan juga keberhasilan sutau perdagangan tergantung oleh kekuatan pasar.
Oleh karena itu, banyak perusahaan di dunia ini sedang melakukan adaptasi dalam
struktur serta sistem organisasi sesuai dengan perubahan-perubahan yang
terjadi.
Selama ini sistem pengukuran kinerja
perusahaan hanya dilihat dari segi finansial saja yang menggunakan indikator
keuangan seperti Return Of Investment (ROI), Net Profit Margin (NPM), dan
beberapa indikator lainnya. Pada saat ini, indikator tersebut dipandang tidak
memadai lagi sebagai ukuran kinerja, mengingat kurang mewakili/kurang akurat
dalam memberikan suatu penilaian terhadap perkembangan suatu perusahaan. Selain
itu, pengukuran kinerja perusahaan yang hanya mengandalkan hanya pada faktor
finansial saja tidak akan memberikan gambaran yang jelas tentang fokus dan
tujuan perusahaan di masa yang akan datang. Dalam hal ini, diperlukan suatu
paradigma dalam pengukuran kinerja perusahaan di era informasi ini. Penentuan
strategi akan dijadikan sebagai landasan dan kerangka kerja untuk mewujudkan
sasaran – sasaran kerja yang telah ditentukan oleh manajemen. Oleh karena itu
dibutuhkan suatu alat untuk mengukur kinerja sehingga dapat diketahui sejauh
mana strategi dan sasaran yang telah ditentukan dapat tercapai. Penilaian
kinerja memegang peranan penting dalam dunia usaha, dikarenakan dengan
dilakukanya penilaian kinerja dapat diketahui efektivitas dari penetapan suatu
strategi dan penerapannya dalam kurun waktu tertentu. Penilaian kinerja dapat
mendeteksi kelemahan atau kekurangan yang masih terdapat dalam perusahaan,
untuk selanjutnya dilakukan perbaikan dimasa mendatang. Oleh karena itu dalam
makalah ini kami akan membahas mengenai balanced scorecard (BSC), karena
metode ini merupakan sistem pengukuran yang tidak hanya melihat dari satu sisi
saja atau satu perspektif saja, tetapi lebih detail atau menyeluruh karena
idealnya suatu masalah yang dipecahkan harus diselidiki dari berbagai macam hal
yang mempengaruhinya.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan konsep dari balanced scorecard ?
2.
Jelaskan Empat
Perspektif Balanced Scorecard ?
3. Bagaimana sejarah dari balanced
scorecard ?
4. Jelaskan bagaimana perkembangan terkini
implementasi balanced scorecard ?
5. Apa keunggulan dari balanced scorecard ?
6. Apa faktor yang memacu perusahaan
mengimplementasikan balanced scorecard ?
7. Jelaskan bagaimana perubahan lingkungan
bisnis yang menuntut perubahan tipe perencanaan yang digunakan oleh organisasi?
8. Jelaskan konsep manajemen strategik ?
9. Jelaskan apa perbedaan antara manajemen strategik
dalam manajemen tradisional dengan manajemen strategik dalam manajemen
kontemporer ?
10. Jelaskan balanced scorecard sebagai
inti sistem manajemen strategik ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Balanced Scorecard (BSC)
Konsep BSC
pertama kali dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton (1996)
dalam bukunya yang berjudul Translating Strategy Into Action: The Balanced
Scorecard. Balanced Scorecard (BSC), merupakan salah satu metode pengukuran dan
manajemen performance untuk faktor internal dan eksternal dari suatu
perusahaan. Saat ini, kebanyakan perusahaan masih menggunakan pengukuran
financial sebagai acuan pengukuran kinerja perusahaan, sehingga manajer tidak
mengetahui sampai seberapa jauh pengaruh yang ditimbulkan akibat strategi yang
mereka terapkan. Metode Balanced Scorecard melengkapi manajemen dengan
framework yang mentranslasikan visi dan strategi ke dalam sistem pengukuran
yang terintegrasi, yaitu: financial perspective, customer perspective, internal
business process perspective, dan learning and growth perspective. Empat
perspective di dalam BSC menyatakan adanya saling keterkaitan untuk dapat
menggambarkan strategi yang dimiliki perusahaan. (Singgih, 2001).
Hubungan dalam empat perspective digambarkan
sebagai suatu kesatuan Gambar 1.
Keuangan
|
STRATEGI
|
Pelanggan
|
Proses Bisnis Internal
|
Pembelajaran & Pertumbuhan
|
Gambar 1. The Balanced Scorecard
Sumber : (Hasibuan,
2012, p. 150)
Sipayung (2009) mengemukakan balanced
scorecard adalah suatu kerangka kerja untuk mengintegrasikan berbagai ukuran
yang diturunkan dari strategi perusahaan, yaitu ukuran kinerja finansial masa
lalu dan memperkenalkan pendorong kinerja finansial masa depan yang meliputi:
perspektif pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran serta
pertumbuhan, diturunkan dari proses penerjemahan strategi perusahaan yang
dilaksanakan secara eksplisit dan ketat ke dalam berbagai tujuan dan ukuran
yang nyata. Surya (2014) berpendapat bahwa balanced scorecard adalah metode
manajemen kinerja terintegrasi yang menghubungkan berbagai tujuan dan ukuran
kinerja dan strategi organisasi. (Nugrahayu, 2015)
Dengan demikian, Balanced Scorecard menekankan perencanaan
dan pengukuran keuangan serta nonkeuangan yang merupakan bagian informasi bagi
seluruh pegawai dari semua tingkatan organisasi. Tujuan perencanaan dan
pengukuran dalam Balanced Scorecard bukan hanya penggabungan
ukuran-ukuran keuangan dan nonkeuangan saja, melainkan juga merupakan hasil
proses atas bawah (top-down) berdasarkan misi dan strategi dari suatu unit
usaha. Misi dan strategi tersebut harus diterjemahkan dalam tujuan dan
pengukuran yang nyata. (Rudianto, 2013, p. 235)
Pendekatan Balance
Scorecard dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan pokok, yaitu (Kaplan dan
Norton, 1996):
1.
Bagaimana
penampilan perusahaan dimata para pemegang saham? (perspektif keuangan)
2.
Bagaimana
pandangan para pelanggan terhadap perusahaan? (perspektif pelanggan)
3.
Apa yang
menjadi keunggulan perusahaan? (perspektif bisnis internal)
4.
Apa
perusahaan harus terus menerus melakukan perbaikan dan menciptakan nilai secara
berkesinambungan? (perspektif pertumbuhan dan pembelajaran). (Hanuma, 2006)
Selain itu, Balanced Scorecard
juga memberikan kerangka berpikir untuk menjabarkan strategi perusahaan ke
dalam segi operasional. Kaplan dan Norton (1996) mengatakan bahwa perusahaan
menggunakan focus pengukuran scorecard untuk menghasilkan berbagai proses
manajemen, meliputi :
1.
Memperjelas
dan menerjemahkan visi dan strategi
2.
Mengkomunikasikan
dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis
3.
Merencanakan,
menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis
4.
Meningkatkan
umpan balik dan pembelajaran strategis
Dengan Balanced Scorecard, tujuan suatu perusahaan tidak
hanya dinyatakan dalam ukuran keuangan saja, melainkan dinyatakan dalam ukuran
dimana perusahaan tersebut menciptakan nilai terhadap pelanggan yang ada pada
saat ini dan akan datang, dan bagaimana perusahaan tersebut harus meningkatkan
kemampuan internalnya termasuk investasi pada manusia, sistem, dan prosedur
yang dibutuhkan untuk memperoleh kinerja yang lebih baik di masa mendatang. (Tobing, 2007)
Sebagai kerangka kerja, BSC disebut balanced (berimbang)
karena adanya keseimbangan antara kinerja keuangan dan nonkeuangan, kinerja
jangka pendek dan kinerja jangka panjang, serta kinerja yang bersifat internal
dan kinerja bersifat eksternal. Sedangkan scorecard (kartu skor) adalah
kartu yang digunakan untuk mencatat skor kinerja seorang atau lembaga. Kartu
skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh
seseorang atau kinerja organisasi di masa depan. (Rudianto, 2013,
p. 235)
Konsep keseimbangan dalam Balanced Scorecard terkait dengan tiga area berikut :
1.
Keseimbangan
antara indicator keberhasilan keuangan dan nonkeuangan. Balanced Scorecard
sendiri awalnya dibuat untuk mengatasi kekurang andalan ukuran kinerja
keuangan dengan menyeimbangkannya dengan pemicu kinerja lain yang mengacu ke
masa depan. Ini masih terus menjadi prinsip dari sisyem Balanced Scorecard.
2.
Keseimbangan
antara konstituen internal dan eksternal organisasi. Pihak pemegang sahan dan
pelanggan merepresentasikan konstituen eksternal dalam Balanced Scorecard,
sementara karyawan dan proses internal merepresentasikan konstituen internal. Balanced
Scorecard berusaha menyeimbangkan kebutuhan kedua kelompok yang tak jarang
menjadi kontradiktif satu sama lain untuk secara efektif mengimplementasikan
strategi.
3.
Keseimbangan
antara indicator kinerja lag dan lead. Indikator lag
adalah pengukuran yang menjelaskan sesuatu telah terjadi. Indikator lag secara umum merepresentasikan kinerja masa
lalu. Karena itu, jika perusahaan bereaksi pada pengukuran itu akan menjadi
terlambat. Misalnya, kepuasan pelanggan atau revenue. Meskipun ukuran
tersebut umumnya cukup objektif dan bisa diakses dengan mudah, namun semua
punya daya prediktif yang lemah. Sebaliknya, indicator lead menceritakan
sesuatu mengenai masa depan. Indicator lead adalah pemicu kinerja yang
membawa pada pencapaian indicator lag. Indicator ini biasanya berbentuk
ukuran atas proses dan aktivitas. Pengiriman tepat waktu, misalnya, bisa
merepresentasikan indicator lead untuk ukuran lag kepuasan
pelanggan. Jika perusahaan memperbaiki indeks kepuasan pelanggannya, maka
perusahaan akan berada dalam jalur yang benar untuk mendapatkan penjualan
tahunan yang lebih baik.
B. Empat Perspektif Balanced
Scorecard (BSC)
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Balanced Scorecard
adalah kerangka kerja untuk mengintegrasikan berbagai ukuran yang diturunkan
dari strategi perusahaan, yaitu ukuran kinerja keuangan masa lalu dan
memperkenalkan pendorong kinerja keuangan masa depan, yang meliputi perspektif
:
1.
Perspektif
keuangan
BSC tetap menggunakan perspektif keuangan, karena ukuran keungan
sangat penting dalam memberikan ringkasan konsekuensi tindakan ekonomis yang
sudah diambil. Ukuran keuangan memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan, implementasi,
dan pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak kepada peningkatan laba
perusahaan. (Ikhsan, 2013, p.
182)
Tujuan keuangan biasanya berhubungan dengan profabilitas yang
diukur misalnya oleh laba operasi. Tujuan keuangan lainnya mungkin berupa pertumbuhan
penjualan yang cepat atau terciptanya arus kas. Pada saat perusahaan melakukan
pengukuran secara keuangan, hal pertama yang harus dilakukan adalah mendeteksi
keberadaan industry yang dimilikinya. Terdapat 3 tahap perkembangan indutri
yaitu:
a.
Growth
Perusahaan yang
sedang bertumbuh berada pad awal siklus
hidup perusahaan. Perusahaan ini menghasilkan produk dan jasa yang memiliki
potensi pertumbuhan. Untuk memanfaatkan potensi ini, perusahaan harus
melibatkan sumber daya yang cukup banyak untuk , mengembangkan dan meningkatkan
berbagai produk dan jasa baru; membangun dan memperluas fasilitas produksi;
membangun kemampuan operasi, menanamkan investasi dalam system, infastruktur,
dan jaringan distribusi yang akan mendukung terciptanya hubungan dengan
berbagai pihak; dan memelihara serta mengembagkan hubungan yang erat dengan
para pelanggan.
b.
Sustain
Sebagian besar unit bisnis perusahaan mungkin berada pada tahap
bertahan, yaitu situasi dimana unit bisnis masih memiliki daya tarik bagi
penanaman investasi dan investasi ulang, tetapi diharapkan mampu menghasilkan
pengembalian modal yang cukup tinggi. Tujuan keuangan ditahap bertahan biasanya
terkait dengan profitabilitas, yang dinyatakan dengan memakai ukuran yang
terkait dengan laba akuntansi seperti laba operasi dan marjin kotor,
c.
Harvest
Sebagian unit bisnis akan mencapai tahap kedewasan dalam siklus
hidupnya, yaitu tahap dimana perusahaan ingin “menuai” investasi yang dibuat
pada dua tahap sebelumnya. Tujuan utamanya adalah memaksimalakan arus kas bagi
korporasi. Tujuan keuangan keseluruhan untuk bisnis pada tahap menuai adalah
arus kas operasi dan penghemat berbagai kebutuhan modal kerja. Dengan demikian,
jelas bahwa tujuan keuangan di setiap tahap sangat berbada. Tujuan keuangan di
tahap pertumbuhan akan menekankan pertumbuhan penjualan dipasar baru, kepada
pelanggan baru, dan menghasilkan produk serta jasa baru, mempertahankan tingkat
pengeluaran yang memadai untuk pengembangan produk dan proses, system,
kapalitas pekerja,penetapan saluran pemasaran, penjualan serta distribusi baru.
2.
Persfektif
pelanggan
Dalam persfektif
pelanggan balanced scorecard para manajer mengindentifikai pelanggan dengan
segmen pasar dimana unit bisnis tersebut bersaing dan berbagai ukuran kinerja
unit bisnis dalam segmen sasaran. Persfektif biasanya terdiri atas beberapa
ukuran utama atau ukuran genetic keberhasilan perusahaan dari stategi yang
dirumuskan dan dilaksanakan dengan baik. Ukuran utama tersebut terdiri atas :
a.
Kepuasan
pelanggan, yaitu tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan
oleh sebuah perusahaan.
b.
Retensi
pelanggan, yaitu tingkat kemampuan perusahaan untuk mempertahankan hubungan
dengan pelangganya yang mungkin seberapa besar perusahaan berhasil
mempertahankan pelanggan lama.
c.
Akuisisi
pelanggan baru, yaitu tingkat kemampuan perusahaan demi memperoleh dan menarik
pelanggan baru dalam pasar.
d.
Pangsa
pasar yang meningkat disegmen sasaran menggambarkan seberapa besar penjualan
yang dikuasai oleh perusahaan dalam segmen tertentu.
Factor pendorong
keberhasilan pelanggan inti di segmen pasar tertentu merupakan factor yang
penting, yang dapat mempengaruhi keputusan pelanggan untuk berpindah atau tetap
loyal kepada pemasoknya.Perspektif pelanggan memungkinkan para manajer unit
bisnis mengartikulasikan stategi yang berorientasi pada pelanggna dan pasar
yang akan memberikan keuntungan masa depan yang lebih besar.
Untuk mencapai
berbagai ukuran pencapaian dalam persfektif pelanggna, terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh perusahaan karena merupakan
unsure yang mempengaruhi yaitu:
a.
Atribut
produk dan jasa serta fasilitasnya
Berbagai hal yang melekat dlam produk yang dijual akan sangat
berpengaruh terhadap kesetiaan pelanggan kepada perusahaan.
b.
Hubungan
dengan pelanggan
Kemampuan perusahaan membangun hubungan dengan pelengan setelah
mereka membeli produk dari perusahaan akan berpengaruh terhadap loyalitas
pelanggan kepada perusahaan.
c.
Citra
dan reputasi perusahaan
Bayangan dan kesan yang dimiliki pelanggan terhadap perusahaan akan
menetukan kesediaan pelanggan untuk melakukan pembelian ulang.
3.
Persfektif
proses bisnis internal
Dalam proses
persfektif ini, perusahaan melakukan pengukuran tehadap semua aktivitas yang dilakukan
kepuasan tertentu bagi pelnggan dan juga pera pemegang saham. Dalam hal ini,
perusahaan berfokus pada tiga proses bisnis utama yaitu:
a.
proses
inovasi
Dalam proses bisinis
inovasi, unit bisnis meneliti kebutuhan pelnngan yang sedang berkembang atau
yang masih tersembunyi, dan kemudian menciptakan produk atau jasa yang akan
memenuhi kebutuhan tersebut. Secara garis besar,proses inovasi dapat dibagi
menjadi 2 yaitu: (1) Pengukuran terhadap proses inovasi yang bersifat
penelitian dasar dan terapan. (2) Pengukuran terhadap proses pengembangan
produk.
b.
proses
operasi
Langkah utama kedua
dalam rantai nilai internal genetic, adalah tempat dimana produk dan jasa dan
disampaikan pada pelanggan.Pada proses operasi yang dilakukan oleh
masing-masing organisasi bisnis,lebih dititikberatkan pada efisiensi
proses,konsistensi,dan ketepatan waktu dari barang serta jasa yang diberikan
kepada pelanggan.
c.
pelayanan
purna jual
Pengukuran ini menjadi
bagian yang cukup penting dalam proses bisnis internal, karena pelayanan purna
jual akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pelanggan, Hal yang termasuk
dalam aktivitas dalam aktivitas purna jual di antaranya adalah garansi dan
aktivitas reparasi,perlakuan terhadap produk cacat atau rusak, proses
pembayaran yang dilakukan oleh pelanggan pada trasaksi penjualan yang dilakukan
secara kredit.
4.
Persfektif
pembelajaran dan pertumbuhan
Dalam persfektif ini
,dapat mengidentifikasi infrastruktur yang harus dibangun perusahaan dalam
menciptakan pertumbuhan dan meningkatkan kinerja jangka panjang. Tiga sumber
utama pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan adalah manusia,system,dan
prosedur perusahaan.
Dalam persfektif
ini,terdapat tiga dimesi penting yang harus diperhatikan untuk melakukan
pengkuran yaitu :
a.
kompensasi
kariawan
pengukuran terhadap kemampuan keryawan dilakukan ada tiga hal
pokok yaitu pengukuran terhadap
kepuasan karyawan, pengkuran terhadap perputaran karyawan dalam perusahaan dan
pengukuran terhadap produktivitas karyawan
b.
infrastruktur
teknologi imformasi
Peningkatan kualitas karyawan dan produktivitas karyawan juga
mempengaruhi oleh dukungan dari system imformasi yang dimiliki perusahaan
c.
budaya organisasi : motivasi. Wewenang, dan
pembatasan wewenang
Meskipun karyawan sudah
dibekali dengan kases imformasi yang begitu luas tetapi apabila karyawan tidak
memiliki motivasi untuk meningkatkan kinerjanya, maka semua itu akan sia sia.
Untuk meningkatkan motivasi karyawan dalam bekerja,pengukuran terhadap motivasi
karyawan dapat dilkukan melalui beberapa dimensi yaitu :
(1)
Pengukuran
terhadap sasaran yang diberikan kepada perusahaan dan diimplementasikan. Hal
ini dapat dilakukan melaui pengukuran berapa jumlah saran yang disampaikan oleh
masing masing karyawan kepada perusahaan.
(2)
Pengukuran
atas perbaikan dan meningkatkan kinerja karyawan
(3)
Pengukuran
dapat dilakukan dengan mendeteksi seberapa besar biaya yang terbuang akibat
keterlambatan pengiriman,jumlah produk yang rusak,bahan sisa,dan kehadiran
keryawan
(4)
Pengukuran
terhadap keterbatasan individu dalam organisasi (Rudianto, 2013,
pp. 238-244)
C. Sejarah Balanced Scorecard (BSC)
Kaplan dan Norton mulai tahun 1992 mengembangkan konsep pengukuran
kinerja yang dikenal dengan Balanced Scorecard (BSC) sebagai koreksi atas
berbagai kelemahan ukuran kinerja finansial (Gunawan, 2009). Konsep balanced
scorecard pertama kali dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton
dalam bukunya yang berjudul Translating Strategy Into Action: The Balanced
Scorecard. Pada awal tahun 2000 balanced scorecard tidak lagi hanya
dimanfaatkan oleh eksekutif untuk mengelola perusahaan, namun juga dimanfaatkan
oleh seluruh personel (manajemen dan karyawan) untuk mengelola perusahaan.
Balanced scorecard memberi kerangka yang jelas bagi seluruh personel untuk
menghasilkan kinerja keuangan melalui perwujudan berbagai kinerja non keuangan.
Penggunaan teknologi informasi telah mendukung penerapan balanced scorecard
untuk dikomunikasikan ke seluruh personel, sehingga dapat dilakukan koordinasi
dalam mewujudkan berbagai sasaran strategik perusahaan yang telah ditetapkan.
Balanced scorecard pada tahun 2006 mulai dikembangkan untuk mengintegrasikan
dua metode, yaitu: metode manajemen strategik berbasis balanced scorecard dan
metode pengelolaan kinerja personel. (Nugrahayu, 2015, p. 4)
D. Perkembangan Terkini Implementasi Balanced Scorecard (BSC)
Di era reformasi seperti saat ini, setiap perusahaan menghadapi
lingkungan usaha yang sangat berbeda disbanding era sebelumnya. Perusahaan
menghadapi lingkungan bisnis yang sangat kompetitif di tingkat local maupun
internasional, baik di dalam lingkup industry perusahaan itu sendiri maupun
dari industry yang berbeda. Dalam situasi lingkungan bisnis yang sangat
kompetitif , setiap perusahaan harus memiliki system manajemen strategi yang
tidak hanya sekedar mampu merespons perubahan yang terjadi, tetapi juga sistem
manajemen yang mampu menciptakan masa depan perusahaan melalui
perubahan-perubahan yang dilaksanakan sejak saat ini. Perusahaan memerlukan system manajemen yang
mampu memotivasi personel dalam menempuh langkah-langkah strategis demi
melipatgandakan kinerja perusahaan. (Rudianto, 2013, p. 244)
Pada praktiknya, penerapan balanced scorecard ini tidaklah seperti membalik telapak tangan, apalagi
untuk mengimplementasikan bagi perusahaan kecil dan menengah terutama sekali di
Indonesia, karena penerapan konsep ini membutuhkan komitmen dari manajemen
pusat maupun karyawan yang terlibat dalam organisasi perusahaan. Survei oleh
Sarah Mavrinac dan konsultan manajemen di Amerika, Lan alliots mengungkapkan
bahwa sebagian besar perusahaan mengalami kesulitan dalam melakukan
pendeteksian terhadap keselarasan aktivitas dan strategi perusahaan dengan
tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam jangka panjang. Sehingga banyak
dijumpai kasus ketidakikut sertaan tujuan dan strategi perusahaan atau strategi
yang dijalankan melenceng dari tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam
jangka panjang. (Ikhsan, 2013, p. 190)
E. Keunggulan Balanced Scorecard (BSC)
Hasil evaluasi pengukuran kinerja berdasarkan balanced
scorecard yang mencakup keempat perspektifnya baik keuangan maupun
non-keuangan ternyata mampu menimbulkan rencana strategis yang bisa dirumuskan,
ditetapkan dan dicapai di masa yang akan datang dalam usaha memperbaiki atau
meningkatkan kinerja perusahaan.
Keunggulan balanced scorecard ini menurut
Mulyadi [2001], tertuang dalam empat karakteristik yaitu : komprehensif,
koheren, seimbang dan terukur.
1.
Komprehensif
Berbeda
dengan pengukuran kinerja yang hanya berdasarkan atas perspektif keuangan saja
atau yang dikenal dengan pengukuran kinerja secara tradisional, balanced
scorecard mencakup perspektif yang diperluas kepada perspektif non-keuangan
yaitu perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan. Hal ini bukan semata-mata untuk memperbanyak
sasaran strategi yang harus ditetapkan, tetapi lebih dari itu yakni untuk
menghasilkan manfaat sebagai berikut :
a.
Menjanjikan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berjangka
panjang. Kinerja keuangn yang baik (berlipat ganda) merupakan usaha nyata yang
dihasilkan oleh penciptaan nilai tambah bagi pelanggan, proses usaha serta
pekerja yang produktif dan berkomitmen yang kesemuannya secara komprehensif
terdapat dalam balanced scorecard.
b.
Menumpukan perusahaan untuk memasuki lingkungan bisnis yang
kompleks.
Strategi-strategi yang
ditetapkan ke dalam tiap perspektif memperluas lingkup bisnis perusahaan dalam
mencapai misi dan visi perusahaan. Kekomprehensifan atas sasaran strategis ini
adalah respon yang tepat bagi perusahaan dalam menghadapi lingkungan bisnis
yang kompleks.
2.
Koheren
Sasaran
strategis yang ada di setiap perspektif balanced scorecard memiliki
hubungan sebab akibat (causal relationship) baik secara langsung maupun
tidak langsung yang kesemuanya bermuara pada sasaran strategi yang ada di
perspektif keuangan.
Kekoherenan
antara strategi dan sasarannya di berbagai perspektif akan mampu memperbaiki
kinerja keuangan yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan yang berada atau yang
akan memasuki iklim bisnis yang turbulen.
3.
Seimbang
Keseimbangan
sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik penting
untuk menghasilkan kinerja keuangan berjangka panjang. Jadi perlu diperlihatkan garis keseimbangan yang harus diusahakan dalam
menetapkan sasaran-sasaran strategic di keempat perspektif.
4.
Terukur
Semua strategi
yang ditetapkan di tiap perspektif balanced scorecard memiliki tolok
ukur masing-masing. Sasaran strategis yang ada di perspektif non-keuangan
merupakan hal yang tidak mudah diukur, namun dalam pendekatan balanced
scorecard sasarna-sasaran strategis pada perspektif pelanggan, proses
bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan ditentukan
ukurannya sehingga dapat dikelola dan dievaluasi hasilnya serta kontribusinya
terhadap kinerja perspektif keuangan. (Hanuma, 2006)
F.
Faktor
Yang Memacu Perusahaan Mengimplementasikan Balance Scorecard (BSC)
Dalam perkembangannya, BSC telah banyak membantu perusahaan
berhasil mencapai tujuannya. BSC memiliki beberapa keunggulan yang tidak
dimiliki sistem strategi manajemen tradisional. Strategi manajemen hanya
mengukur kinerja organisasi dari sisi keuangan saja dan lebih menitik beratkan
pengukuran pada hal-hal yang bersifat tangible. Namun, perkembangan
bisnis menuntut untuk mengubah pandangan bahwa hal-hal intangible juga
berperan dalam kemajuan organisasi.
Ada prinsip yang menyatakan : “if
you can’t measure it, you can’t manage it”. Sistem pengukuran yang
diterapkan perusahaan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku
manusia baik didalam maupun di luar organisasi. Untuk berhasil dan tumbuh dalam
persaingan di era informasi, perusahaan harus menggunakan sistem pengukuran dan
manajemen yang diturunkan dari strategi serta kapabilitas yang dimiliki
perusahaan. Sayangnya, banyak perusahaan yang mencanangkan strategi tentang
hubungan dengan pelanggan, kompetensi utama, dan kapabilitas perusahaan ketika
proses memotivasi serta mengukur kinerja masih dilaksanakan dengan hanya
menggunakan berbagai ukuran keuangan. (Rudianto, 2013, pp. 237-238)
Menurut Mulyadi (2007:322) balanced scorecard dalam
penerapannya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Lingkungan bisnis yang sangat kompetitif
a. Membangun keunggulan kompetitif melalui distinctive
capability, di dalam lingkungan bisnis yang kompetitif produk dan jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan hanya akan dipilih oleh pelanggan jika memiliki
keunggulan tertentu dibandingkan dengan pesaingnya. Balanced scorecard
menyediakan kerangka untuk membangun keunggulan kompetitif melalui empat
perspektif, yaitu keuangan, pelanggan, bisnis, dan pembelajaran dan pertumbuhan.
Perusahaan memerlukan program terencana dan sistematik-sistematik untuk waktu
lama dalam membangun kepercayaan dan kepuasan pelanggan, hubungan kemitraan,
serta kapabilitas dan komitmen karyawan;
b. Membangun dan secara berkelanjutan memperjelas peta perjalanan
untuk mewujudkan masa depan perusahaan, lingkungan bisnis yang kompetitif pasti
akan bergolak karena berbagai perubahan yang diciptakan oleh para produsen
untuk menarik perhatian pelanggan. Dalam memasuki lingkungan yang bergolak
seperti itu, diperlukan peta perjalanan secara akurat dalam mencerminkan
kondisi lingkungan bisnis yang akan dimasuki oleh perusahaan;
c. Menempuh langkah-langkah strategik dalam membangun masa
depan perusahaan, lingkungan bisnis yang kompetitif menuntut perusahaan untuk menempuh
langkah-langkah strategik dalam membangun masa depannya. Perusahaan dapat
memotivasi karyawan untuk memikirkan serta melaksanakan langkah-langkah
strategik yang telah ditetapkan perusahaan dalam upaya mencapai tujuan jangka
pendek dan jangka panjang;
d. Mengerahkan dan memusatkan kapabilitas serta komitmen
seluruh karyawan dalam membangun perusahaan, perusahaan membutuhkan sistem
manajemen yang mampu menampung berbagai pemikiran dari seluruh karyawan
perusahaan untuk membangun tujuan perusahaan di masa depan. Masa depan
perusahaan terlalu kompleks untuk dipikirkan oleh sebagian kecil karyawan
perusahaan, karena itu manajemen perlu mengerahkan dan memusatkan kapabilitas
serta komitmen seluruh karyawan dalam membangun perusahaan;
2. Sistem manajemen
yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan bisnis memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. Sistem manajemen yang digunakan hanya mengandalkan
anggaran tahunan sebagai alat perencanaan masa depan perusahaan, apabila dalam
lingkungan bisnis perusahaan hanya mengandalkan anggaran tahunan sebagai alat dalam
merencanakan masa depannya, maka perusahaan akan sangat rentan kalah bersaing
dengan kompetitor. Anggaran tahunan hanya akan menghasilkan langkah-langkah
kecil ke depan yang hanya mempunyai masa pelaksanaan satu tahun atau kurang.
Langkah-langkah strategik hanya dapat direncanakan dengan baik jika perusahaan
menggunakan sistem perencanaan jangka panjang, seperti: sistem perumusan
strategi, sistem perencanaan strategik, dan sistem penyusunan program;
b. Tidak terdapat
kesesuaian antara rencana jangka panjang (corporate plan) dengan rencana jangka
pendek serta implementasinya, perusahaan telah menyusun rencana jangka panjang
(berupa corporate plan), namun jarang sekali rencana jangka panjang tersebut
diterjemahkan ke dalam rencana jangka pendek. Ketidaksesuaian antara rencana
jangka panjang dengan rencana jangka pendek menyebabkan perusahaan tidak
responsif terhadap perubahan lingkungan bisnis di masa depan;
c. Sistem manajemen yang digunakan tidak mengikutsertakan
seluruh karyawan dalam membangun masa depan perusahaan, perusahaan dengan
manajemen tradisional yang strategi-strateginya hanya dirumuskan oleh pimpinan
puncak, sesuai diterapkan pada lingkungan bisnis yang stabil. Apabila memasuki
lingkungan bisnis yang kompetitif, maka keberlangsungan masa depan perusahaan
tersebut sangat sulit untuk diprediksi, karena itu perlunya sistem manajemen
yang melibatkan seluruh karyawan dalam membangun masa depan perusahaan. (Nugrahayu, 2015,
pp. 6-7)
G. Menjelaskan perubahan
lingkungan bisnis menuntut perubahan tipe perencanaan yang digunakan oleh
organisasi
Terhadap misi
dan strategi perusahaan. Perubahan yang didorong oleh revolusi informasi
dan komunikasi membuat para konsumen menjadi makin menuntut. Selanjutnya,
perubahan ini telah mengubah fungsi obyektif perusahaan. Kelangsungan
hidup perusahaan
tidak lagi ditentukan oleh fungsi obyektif yang diarahkan pada peningkatan
kesejahteraan pemilik atau pemegang saham, karena fungsi obyektif
tersebut pada
hakekatnya hanya merupakan akibat, bukan sebab, dari aktivitas penciptaan nilai
tambah. Fungsi obyektif perusahaan kini diarahkan pada kepuasan pelanggan.
Perubahan
lingkungan dan pergeseran fungsi obyektif perusahaan kepada
kepuasan pelanggan menuntut akuntansi manajemen sebagai suatu proses dalam
organisasi yang bertujuan untuk menyediakan informasi bagi para manajer untuk
mampu menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu bagi pengambilan
keputusan manajemen.
kepuasan pelanggan menuntut akuntansi manajemen sebagai suatu proses dalam
organisasi yang bertujuan untuk menyediakan informasi bagi para manajer untuk
mampu menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu bagi pengambilan
keputusan manajemen.
Melihat
kenyataan ini, perusahaan memerlukan tolok ukur-tolok ukur baru yang
lebih baik dalam menunjukkan kemana perusahaan berjalan dan seberapa baik
mampu menciptakan nilai keuangan jangka panjang sebagai tujuan perusahaan. Oleh
karena itu konsep pengukuran kinerja juga telah berkembang pesat dengan munculnya
konsep Balanced scorecard.
lebih baik dalam menunjukkan kemana perusahaan berjalan dan seberapa baik
mampu menciptakan nilai keuangan jangka panjang sebagai tujuan perusahaan. Oleh
karena itu konsep pengukuran kinerja juga telah berkembang pesat dengan munculnya
konsep Balanced scorecard.
Sebagai dampak
dari kemajuan dalam teknologi informasi dan komunikasi tidak hanya
meningkatkan keterkaitan hubungan antar manusia, tetapi juga hubungan
antar industri dan antar sistem serta sub-sistem organisasi lain yang merupakan suatu
jaringan (net working organizations). Meluasnya relational contracting baik antar
perusahaan dalam industri yang sama maupun berbeda dan bahkan antar negara
merupakan indikator terjadinya perubahan dalam paradigma organisasi dan
manajemen.
antar industri dan antar sistem serta sub-sistem organisasi lain yang merupakan suatu
jaringan (net working organizations). Meluasnya relational contracting baik antar
perusahaan dalam industri yang sama maupun berbeda dan bahkan antar negara
merupakan indikator terjadinya perubahan dalam paradigma organisasi dan
manajemen.
Perubahan skala
perusahaan yang berlangsung selama revolusi industri
mendorong perubahan dalam struktur kepemilikan dan struktur kekuasaan yang
mendominasi perusahaan.
mendorong perubahan dalam struktur kepemilikan dan struktur kekuasaan yang
mendominasi perusahaan.
Sejalan dengan
perubahan ini, fungsi obyektif perusahaan juga
ikut berubah dari maximizing
owners satisfaction ke arah maximizing
production dan
marketing
managers satisfaction dan akhirnya maximizing
financial managers satisfaction. (Narsa, 2000)
H.
Tabel 3
Perubahan Visi, Misi dan Strategi Pada Era Revolusi Industri dan
Era Revolusi Informasi
Perubahan Visi, Misi dan Strategi Pada Era Revolusi Industri dan
Era Revolusi Informasi
Era Revolusi Industri
|
Era Revolusi Informasi
|
Perubahan fungsi obyektif dari Owners'
satisfaction ke profesional satisfaction. |
Perubahan fungsi obyektif ke arah
customers satisfaction dengan tujuan akhir stockholders satisfaction |
Evolusi pendekatan strategi kearah
pendekatan perencanaan operasional. |
Evolusi pendekatan strategi jangka
panjang untuk menghadapi persaingan masa depan. |
Perubahan dari survival, growth dan
akhirnya return on invesment strategy. |
Reinventing dan regenerating the
industry. |
Perubahan generic strategy dari product
differentiation ke cost leadership. |
Kembali ke product differentiation dan
focus. |
Push strategy.
|
Pull strategy
|
H.
Konsep
Manajemen Strategik
1. Definisi Manajemen Strategik
Manajemen strategik berasal dari kata manajemen dan strategik.
Kata yang pertama adalah manajemen. Perkembangan dinamis dalam
aplikasi manajemen berangkat dari keragaman definisi tentang
manajemen. Semula, manajemen yang berasal dari bahasa Inggris:
management dengan kata kerja to manage, diartikan secara umum
sebagai mengurusi atau kemampuan menjalankan dan mengontrol suatu urusan atau “act of running and controlling a business”.
Kata yang pertama adalah manajemen. Perkembangan dinamis dalam
aplikasi manajemen berangkat dari keragaman definisi tentang
manajemen. Semula, manajemen yang berasal dari bahasa Inggris:
management dengan kata kerja to manage, diartikan secara umum
sebagai mengurusi atau kemampuan menjalankan dan mengontrol suatu urusan atau “act of running and controlling a business”.
Sedangkan manajemen Strategik merupakan rangkaian dua
perkataan terdiri dari kata “Manajemen” dan “Strategik” yang masing-
masing memiliki pengertian tersendiri, yang setelah dirangkaikan menjadi satu terminologi berubah dengan memiliki pengertian tersendiri pula.
perkataan terdiri dari kata “Manajemen” dan “Strategik” yang masing-
masing memiliki pengertian tersendiri, yang setelah dirangkaikan menjadi satu terminologi berubah dengan memiliki pengertian tersendiri pula.
Menurut Hadari Nawawi, pengertian Manajemen Strategik adalah
“proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat
mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen puncak dan dimplementasikan oleh seluruh
jajaran di dalam suatu organiasasi, untuk mencapai tujuannya”.
“proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat
mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen puncak dan dimplementasikan oleh seluruh
jajaran di dalam suatu organiasasi, untuk mencapai tujuannya”.
Dari pengertian tersebut terdapat
beberapa aspek yang penting, antara lain :
a.
Manajemen
Strategik merupakan proses pengambilan keputusan.
b.
Keputusan
yang ditetapkan bersifat mendasar dan menyeluruh
yang berarti berkenaan dengan aspek – aspek yang penting dalam
kehidupan sebuah organisasi, terutama tujuannya dan cara
melaksanakan atau cara mencapainya.
yang berarti berkenaan dengan aspek – aspek yang penting dalam
kehidupan sebuah organisasi, terutama tujuannya dan cara
melaksanakan atau cara mencapainya.
c.
Pembuatan
keputusan tersebut harus dilakukan atau sekurang-
kurangnya melibatkan pimpinan puncak (kepala sekolah), sebagai
penanggung jawab utama pada keberhasilan atau kegagalan
organisasinya.
kurangnya melibatkan pimpinan puncak (kepala sekolah), sebagai
penanggung jawab utama pada keberhasilan atau kegagalan
organisasinya.
d.
Pengimplementasian
keputusan tersebut sebagai strategi
organisasi untuk mencapai tujuan strategiknya dilakukan oleh seluruh
jajaran organisasi (warga sekolah), seluruhnya harus mengetahui dan
menjalankan peranan sesuai wewenang dan tanggung jawab masing
-masing.
organisasi untuk mencapai tujuan strategiknya dilakukan oleh seluruh
jajaran organisasi (warga sekolah), seluruhnya harus mengetahui dan
menjalankan peranan sesuai wewenang dan tanggung jawab masing
-masing.
e.
Keputusan
yang ditetapkan manajemen puncak (kepala sekolah)
harus diimplementasikan oleh seluruh warga sekolah dalam bentuk
kegiatan/pelaksanaan pekerjaan yang terarah pada tujuan strategic
organisasi. (Melayu, 1996, hal. 10)
harus diimplementasikan oleh seluruh warga sekolah dalam bentuk
kegiatan/pelaksanaan pekerjaan yang terarah pada tujuan strategic
organisasi. (Melayu, 1996, hal. 10)
2.
Manfaat Manajemen Strategik
Manajemen strategi merupakan sekumpulan keputusan dan
tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan
(implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaransasaran organisasi yang memiliki tugas yaitu :
tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan
(implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaransasaran organisasi yang memiliki tugas yaitu :
a. Merumuskan visi dan misi organisasi meliputi rumusan umum
filosofi dan tujuan,
filosofi dan tujuan,
b. Mengembangkan profil organisasi yang mencerminkan kondisi
internnya,
internnya,
c. Menilai lingkungan eksternal organisasi meliputi pesaing dan
faktor kontekstual,
d. Menganalisis alternatif strategi dengan menyesuaikan sumber daya
yang dimiliki dengan lingkungan eksternal,
yang dimiliki dengan lingkungan eksternal,
e. Mengidentifikasi setiap alternatif strategi untuk menentukan
strategi
mana yang paling sesuai visi dan misi organisasi,
mana yang paling sesuai visi dan misi organisasi,
f. Mengimplementasikan pilihan strategik dengan cara mengalokasikan sumber daya anggaran yang menekankan pada kesesuaian antara tugas, struktur, teknologi, dan sistem imbalan,
g. Mengevaluasi keberhasilan proses strategik sebagai masukan bagi
pengambilan keputusan yang akan datang.
pengambilan keputusan yang akan datang.
Dengan menggunakan
manajemen stratejik sebagai instrumen untuk
mengantisipasi perubahan lingkungan sekaligus sebagai kerangka kerja
untuk menyelesaikan setiap masalah melalui pengambilan keputusan
organisasi, maka penerapan manajemen strategik dalam suatu organisasi
atau organisasi diharapkan akan membawa manfaat-manfaat atau
keuntungan sebagai berikut:
mengantisipasi perubahan lingkungan sekaligus sebagai kerangka kerja
untuk menyelesaikan setiap masalah melalui pengambilan keputusan
organisasi, maka penerapan manajemen strategik dalam suatu organisasi
atau organisasi diharapkan akan membawa manfaat-manfaat atau
keuntungan sebagai berikut:
a.
Memberikan
arah jangka panjang yang akan dituju
b.
Membantu
organisasi beradaptasi pada perubahan-perubahan yang terjadi
c.
Membuat
suatu organisasi menjadi lebih efektif
d.
Mengidentifikasikan
keunggulan komparatif suatu organisasi dalam
lingkungan yang semakin beresiko
lingkungan yang semakin beresiko
e.
Aktivitas
pembuatan strategi akan mempertinggi kemampuan
organisasi untuk mencegah munculnya masalah di masa datang
organisasi untuk mencegah munculnya masalah di masa datang
f.
Keterlibatan
karyawan dalam pembuatan strategi akan lebih
memotivasi mereka pada tahap pelaksanaannya.
memotivasi mereka pada tahap pelaksanaannya.
g.
Aktivitas
yang tumpang tindih akan dikurangi
h.
Keengganan
untuk berubah dari karyawan lama dapat dikurangi.
Manajemen strategik
semakin penting arti dan manfaatnya apabila
diingat bahwa lingkungan organisasi-organisasi mengalami perubahan
yang semakin cepat dan kompleks, sehingga keberhasilan manajemen
strategik ditentukan oleh para manajer atau pimpinannya. (Sagala, 2013)
diingat bahwa lingkungan organisasi-organisasi mengalami perubahan
yang semakin cepat dan kompleks, sehingga keberhasilan manajemen
strategik ditentukan oleh para manajer atau pimpinannya. (Sagala, 2013)
I.
Menjelaskan
Beda Manajemen Strategik dalam Manajemen Tradisional dengan Manajemen Strategik
dalam Manjemen Kontemporer
Sistem Manajemen Strategik dalam Manajemen Tradisional
|
Sistem Manajemen Strategik dalam Manajemen Kontemporer
|
Hanya berfokus kepada perspektif keuangan
|
Mencakup perspektif yang komprehemsif, keuangan, custamer, proses bisnis internal,
serta pembelajaran dan pertumbuhan.
|
Tidak Koheren
|
Koheren
Terukur
Seimbang
|
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
balanced scorecard dapat menjadikan sistem manajemen strategik kontemporer
memiliki karekteristik yang berbeda dengan karekteristik sistem manajemen
strategik tradisional. Manajemen strtegi tradisional hanya berfokus ke
sasaran-sasaran yang bersifat keuangan sedangkan sistem manajemen strategi
kontemporer berspektif yang luas : perspektif keuangan, perpsektif pelanggan,
perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
J.
Balance
Scorecard sebagai inti sistem manajemen stategik
Balance scorecard merupakan bahwa semua
ukuran keuangan dan non keuangan harus menjadi bagian dari sistem informasi
untuk seluruh karyawan pada semua tingkat organisasi berdasarkan visi dan
strategi dari suatu unit usaha.
Visi dan strategi itu diterjemahkan
kedalam empat perspektif yang masing-masing dinyatakan dalam bentuk tujuan yang
ingin dicapai organisasi, ukuran dari tujuan, terget yang diharapkan pada masa
yang akan datang, serta program-program yang harus dilaksanakan untuk memenuhi
tujuan strategis. Balance scorecard menerjemahkan visi dan strategi organisasi
ke dalam seperangkat ukuran yang menyeluruh, memberi kerangka kerja bagi
pengukuran dan sistem manajemen stategi. Jika visi dan strategi dinyatakan
dalam bentuk tujuan strategi, ukuran –ukuran dan traget yang jelas, kemudian di
komunikasikan kepada setiap anggota organisasi, sehingga diharapkan setiap
anggota organisai dapat mengerti dan melaksanakannya agar visi dan strategi
organisasi tercapai. Balance scorecard lebih dari sekedar sistem pengukuran
operasional. Perusahaan yang inovatif menggunakan scrocard sebagai sebuah
sistem manajemen strategi untuk mengelola strategi jangka panjang. Perusahaan
menggunakan fokus pengukuran scorecard untuk menghasilkan berbagai manajemen
penting, diantaranya :
a. Memperjelas
dan menerjemahkan visi dan strategi
b. Mengkomunikasikan
dan mengaktifkan berbagai tujuan dan ukuran strategis
c. Merencanakan,
menetapkan sasaran, dan mnyelengarakan inisiatif strategis
d. Meningkatkan
pembelajaran strategis
Pada umumnya, sistem manajemen
tradisional berfokus pada anggaran sehingga pelaksanaan strategi perusahaan
sangat tergantung pada anggaran yang tersedia. Sistem manajemen tradisional
semata-mata digunakan sebagai alat pengendalian (Control Reporting), sedangkan
sistem manajemen strategis balance scrocard yang berfokus pada proses-proses
manajemen strategis, sehingga perusahaan diterjemahkan menjadi tindakan - tindakan
yang terarah dan sistem manajemen strategis balance scorecard digunakan sebagai
alat strategis ( Strategis Reporting).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Balanced Scorecard
menekankan perencanaan dan pengukuran keuangan serta nonkeuangan yang merupakan
bagian informasi bagi seluruh pegawai dari semua tingkatan organisasi. Tujuan
perencanaan dan pengukuran dalam Balanced Scorecard bukan hanya
penggabungan ukuran-ukuran keuangan dan nonkeuangan saja, melainkan juga
merupakan hasil proses atas bawah (top-down) berdasarkan misi dan strategi dari
suatu unit usaha. Misi dan strategi tersebut harus diterjemahkan dalam tujuan
dan pengukuran yang nyata.
Dengan Balanced Scorecard, tujuan suatu perusahaan tidak
hanya dinyatakan dalam ukuran keuangan saja, melainkan dinyatakan dalam ukuran
dimana perusahaan tersebut menciptakan nilai terhadap pelanggan yang ada pada
saat ini dan akan datang, dan bagaimana perusahaan tersebut harus meningkatkan
kemampuan internalnya termasuk investasi pada manusia, sistem, dan prosedur
yang dibutuhkan untuk memperoleh kinerja yang lebih baik di masa mendatang.
Manajemen strategik berasal dari kata manajemen dan strategik.
Kata yang pertama adalah manajemen. Perkembangan dinamis dalam
aplikasi manajemen berangkat dari keragaman definisi tentang
manajemen. Semula, manajemen yang berasal dari bahasa Inggris:
management dengan kata kerja to manage, diartikan secara umum
sebagai mengurusi atau kemampuan menjalankan dan mengontrol suatu urusan atau “act of running and controlling a business”.
Kata yang pertama adalah manajemen. Perkembangan dinamis dalam
aplikasi manajemen berangkat dari keragaman definisi tentang
manajemen. Semula, manajemen yang berasal dari bahasa Inggris:
management dengan kata kerja to manage, diartikan secara umum
sebagai mengurusi atau kemampuan menjalankan dan mengontrol suatu urusan atau “act of running and controlling a business”.
Menurut Hadari Nawawi, pengertian Manajemen Strategik adalah
“proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat
mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen puncak dan dimplementasikan oleh seluruh
jajaran di dalam suatu organiasasi, untuk mencapai tujuannya”.
“proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat
mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen puncak dan dimplementasikan oleh seluruh
jajaran di dalam suatu organiasasi, untuk mencapai tujuannya”.
Balance scorecard merupakan bahwa semua
ukuran keuangan dan non keuangan harus menjadi bagian dari sistem informasi
untuk seluruh karyawan pada semua tingkat organisasi berdasarkan visi dan
strategi dari suatu unit usaha.
DAFTAR PUSTAKA
Hanuma, S. (2006). Analisis
Balanced Scorecard sebagai Alat Pengukuran Kinerja Perusahaan. Jurnal
Vol.1 No.1, 7.
Hasibuan, A. (2012). Manajemen
Perubahan. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Http://mahasiswi.Ung.ac.id./921411144/home/2013/6.
(n.d.). Retrieved from Http://mahasiswi.Ung.ac.id./921411144/home/2013/6
Ikhsan, A. (2013). Akuntansi Untuk
Manajer. Yogyakarta: GRAHA ILMU.
Melayu, S. (1996). Manajemen, Dasar,
Pengertian dan masalah . Jakarta : Toko Gunung.
Narsa, I. M. (2000). PERUBAHAN LINGKUNGAN
BISNIS . Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 2, No. 1, 1-8.
Nugrahayu, E. D. (2015). Penerapan Metode
Balanced Scorecard Sebagai Tolak Ukur Pengukuran Kinerja Perusahaan. Jurnal
Ilmu & Riset Akuntansi Vol.4 No.10, 4.
Rudianto. (2013). Akuntansi Manajemen.
Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.
Sagala, S. (2013). Manajemen Strategik
dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Bandung: alfabeta.
Singgih, M. L. (2001). Pengukuran dan
Analisa Kinerja dengan Metode Balanced Scorecard di PT. X. Jurnal Teknik
Industri Vol.3 No.2, 49.
Tobing, P. L. (2007). Knowledge
Management : Konsep, Arsitektur dan Implementasi. Yogyakarta: GRAHA ILMU.
Komentar
Posting Komentar